REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Detak jantung yang tidak teratur atau "atrial
fibrillation" (fibrilasi atrium) merupakan salah satu faktor risiko
stroke yang belum banyak diketahui masyarakat di Indonesia padahal
risikonya lebih besar daripada faktor risiko yang lain.
"Fibrilasi
atrium merupakan salah satu faktor risiko utama stroke iskemik dan
individu yang menderitanya memiliki resiko stroke lima kali lipat
dibandingkan dengan populasi umum," kata Dr.dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K)
dalam media briefing memperingati Hari Stroke Sedunia di Jakarta, Kamis.
Terdapat
lima faktor risiko stroke utama yang dapat dikelola untuk mencegah
stroke yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi), kebiasaan merokok,
kurangnya aktivitas fisik, diabetes dan fibrilasi atrium.
Stroke
atau sering disebut penyakit jantung merupakan penyebab kematian
tertinggi untuk kategori penyakit tidak menular dimana diperkirakan satu
orang di dunia meninggal tiap enam detik karena stroke atau hampir enam
juta orang pertahunnya.
Selain angka kematian yang tinggi,
penderita stroke yang selamat kemudian menderita cacat fisik yang tidak
hanya menurunkan kualitas hidup mereka melainkan juga kehidupan keluarga
dan orang-orang di sekelilingnya. Begitu juga implikasi ekonomi yang
disebabkan para penderita tidak dapat menjadi produktif sepenuhnya.
Sementara
itu, masyarakat diminta untuk mewaspadai detak jantung yang tidak
teratur itu karena jika terkena stroke, dampaknya biasanya lebih parah
dibandingkan dengan faktor risiko yang lainnya.
"Serangan stroke
yang terkait dengan fibrilasi atrium ini umumnya lebih berat, dampaknya
lebih buruk dan perawatannya lebih lama dibandingkan dengan pasien yang
tidak memiliki fibrilasi atrium," ujar Yoga.
Fibrilasi atrium
diperkirakan merupakan penyebab utama dari 15-20 persen keseluruhan
insiden stroke dan tingginya tingkat keparahan stroke yang diderita oleh
pasien fibrilasi atrium mengindikasikan bahwa mereka akan mengalami
penurunan kualitas hidup yang lebih drastis dibandingkan dengan mereka
yang tidak.
"Karena itu, pasien fibrilasi atrium merupakan
kelompok yang harus mendapatkan penanganan serius untuk mengurangi beban
stroke secara keseluruhan di masyarakat," kata Yoga.
Dalam
rangka peringatan Hari Stroke Sedunia yang diperingati tiap tanggal 20
Oktober, Yayasan Stroke Indonesia dan PT Bayer Indonesia meluncurkan
kampanye "Beat the Risk" melalui berbagai bentuk kegiatan seperti
pengembangan situs edukatif online, program talk-show di radio serta tes
kesehatan gratis untuk mendeteksi fibrilasi atrium.
"Peringatan
Hari Stroke Sedunia ini merupakan sebuah momentum yang baik untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya stroke serta bersama-sama
mencanangkan aksi untuk memeranginya," kata Ketua Harian Yayasan Stroke
Indonesia Haryono Suyono.
Sementara itu, Direktur PT Bayer
Indonesia Allen Doumit mengatakan bahwa kampanye itu merupakan bagian
dari upaya memberi dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat
mengenai fibrilasi atrium.
"Setelah itu, diharap dapat
meningkatkan kesadaran akan pentingnya deteksi dini serta penanganan
fibrilasi atrium sebagai upaya pencegahan stroke," katanya.
Tujuan
utama dari manajemen fibrilasi atrium disebut Yoga adalah untuk
menurunkan risiko-risiko jangka panjang yang timbul dari kondisi itu,
terutama stroke. Pencegahan stroke pada pasien fibrilasi atrium dapat
dilakukan melalui terapi farmakologi untuk mengurangi resiko terjadinya
penggumpalan darah.
0 Response to "Detak Jantung tak Teratur Berisiko Stroke"
Post a Comment